BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Para Aschelminthes filum juga
dikenal sebagai Nematoda, dan anggotanya adalah nematoda. Para anggota filum
ini adalah cacing gelang, dan banyak yang mikroskopis.
Cacing gelang memiliki banyak
karakteristik yang sama dengan cacing pipih, misalnya simetri bilateral dan
cephalization. Mereka juga memiliki saluran pencernaan terbuka baik di mulut
dan anus. Saluran ini ditangguhkan dalam rongga tubuh yang dikatakan palsu,
sehingga disebut pseudocoela.
Banyak spesies cacing gelang
adalah organisme yang hidup bebas dan mengkonsumsi tumbuhan mati dan hewan.
Beberapa parasit cacing gelang menyebabkan penyakit manusia, termasuk cacingan,
penyakit cacing tambang, dan kaki gajah.
B.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan ciri-ciri umum Ashchelminthes !
2. Jelaskan klasifikasi Ashchelminthes pada tingkat kelas beserta
contoh tiap jenisnya !
3. Jelaskan beberapa contoh Ashchelmintes parasit serta penyakitnya !
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri umum Ashchelminthes.
2. Untuk mengetahui klasifikasi Ashchelminthes pada tingkat kelas
beserta contoh tiap jenisnya.
3. Untuk mengetahui beberapa contoh Ashchelmintes parasit serta
penyakitnya.
D.
Metode Penulisan
Metode
yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan, yaitu dengan cara mengambil
data dari bahan pustaka yang relevan dengan pembahasan makalah ini yaitu penggalian bahan dengan cara membaca literature, baik berupa
buku maupun literatur dari internet.
FILUM ASHCELMINTHES
A. Ciri-Ciri Umum
Ashchelminthes
Aschelminthes
dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan subfilum Nemathelminthes.
Pada Phylum Ashelminthes, bentuk umum agak panjang dan silindris terutama
kelompok Nematoda. Tidak mempunyai bentuk kepala yang nyata.
Ciri khas Aschelminthes:
1.Tubuh dilindungi lapisan cuticula scleroprotein, pada beberapa hewan
berupa cangkang
2.Saluran pencernaan lengkap
3.Susunan pernapasan dan peredaran darah tidak ada, karena merupakan hewan air yang sangat kecil
4.Protonefhridia kadang-kadang ada.
B. Klasifikasi Ashchelminthes
Aschelminthes
dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan subfilum Nemathelminthes. Nemathelminthes (dalam bahasa
yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai cacing giling/
benang karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang.
Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun
bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu.
Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.
Ciri-ciri
Nemathelminthes:
1.
Berbentuk bulat panjang seperti
benang
- Hewan pseudoselomata (memiliki
rongga tubuh semu)
- Tubuh cacing betina lebih panjang dan besar dibandingkan tubuh
cacing jantan
- Memiliki kutikula (untuk
melindungi cacing dari enzim pencernaan inangnya)
- Memiliki sistem pencernaan lengkap (mulut, faring, usus, anus)
- Tidak memiliki pembuluh darah
- Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan yang terdapat
pada pseudoselom
- Bernafas secara difusi melalui permukaan tubuh
- Bersifat parasit dan tidak parasit
- Gonokoris (organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu
berbeda)
- Reproduksi secara seksual.
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan
Nematophora.
1.
Kelas Nematoda
Ciri-ciri : tubuh simetris bilateral dan gilig, alat pencernaan
sempurna, hidup bebas atau parasit, sifat jenisnya terpisah, (jantan, betina)
belum mempunyai peredaran darah dan pernapasan. Contoh: Ascaris lumbricoides
dan Wuchereria bancrofti.
Wuchereria
bancrofti
Ordo : Strongylorida,
rhabditorida, ascaridorida, spirurorida, camallanorida,
dorylaimorida,
dioctophymatorida.
2.
Kelas Nematophora
Ciri-ciri: Bentuk silindris panjang dan langsing. System
syaraf terdiri dari ganglion cerebrale dan berkas syaraf medio-ventral. Larva
bersifat parasite sedangkan bentuk dewasa hidup bebas. Contoh: Gordius sp.
Ordo gordiodea :
Ciri-ciri :
1.
Hidup di air tawar
2.
Parasite pada arthropoda
3.
Kutikula tanpa bulu-bulu kaku
4.
Pseudosela mereduksi
5.
Contoh gordius sp
Ordo nectonematoidea:
Ciri-ciri
1.
Hidup dilaut
2.
Parasite pada crustacean
3.
Kutikula dengan dua deretan
bulu-bulu kaku
4.
Serabut otot terdapat di
ventral dan dorsal
5.
Pseudocela ada.
Sub-filum Trochelminthes memiliki ukuran tubuh yang miksroskopis,
reproduksi secara partegonesis, dan habitatnya di air tawar, dan air laut.
Tubuh tidak beruas-ruas, triploblastis, bilateral simetris, tidak bersilia dan
dioceues. Subfilum ini dibagi menjadi 3 kelas, yaitu: Gastroticha, Kinorincha,
dan Rotifera.
C. Ashchelmintes Parasit Serta
Penyakitnya
Loa loa (Cacing mata)
Klasifikasi Loa loa
Kingdom
: Animalia
Filum
: Nematoda
Kelas
: Secernentea
Ordo
: Spirurida
Famili
:
Filariidae
Genus
: Loa
Spesies
: Loa loa
A.
Sejarah
- Kasus pertama infeksi Loa loa tercatat di Karibia (Santo
Domingo) pada tahun 1770. Seorang ahli bedah Prancis bernama Mongin
mencoba tetapi gagal untuk menghapus cacing yang lewat di mata seorang
wanita. Beberapa tahun kemudian, pada 1778, ahli bedah Guyot Francois
dapat melakukan pembedahan pada cacing di mata seorang budak dari Afrika
Barat pada kapal Prancis ke Amerika.
- Identifikasi microfilaria dibuat pada tahun 1890 oleh Stephen
dokter mata McKenzie. Sebuah presentasi klinis umum loiasis, yang diamati
pada tahun 1895 di pesisir kota Nigeria maka terciptalah nama Calabar
swelling.
- Pengamatan ini dibuat oleh seorang dokter mata Skotlandia
bernama Douglas Argyll-Robertson, tetapi hubungan antara Loa loa
dan Calabar swelling tidak disadari sampai tahun 1910 (oleh Dr Patrick
Manson). Penentuan vektor lalat Chrysops diketahui pada tahun 1912 oleh
British parasitologist Robert Thompson Leiper.
- Nama Penyakit : Loa loa filariasis, loaiasis, Calabar
swelling(Fugitiveswelling), Tropical swelling dan Afrika eyeworm
- Hospes: Lalat Crysops silaceae dan C dimidiata sementara
di Afrika disebut deerflies atau mangroveflies. Chrysops sp
merupakan lalat yang berukuran kecil, panjangnya 5-20 mm, dengan ukuran
kepala besar dan betuk mulut yang condong ke bawah. Sayapnya polos atau
berbintik cokelat. Mereka merupakan penghisap darah dan biasanya hidup di
daerah hutan tropis dan habitat berlumpur seperti, rawa-rawa, sungai, dan
waduk. Gigitan lalat Chrysops sangat menyakitkan, dan dapat mengakibatkan
bekas gigitan yang lebih parah dari gigitan lalat biasa.
6.
Daya hidup: 4-17 tahun.
- Distribusi: terbatas pada hutan dan tepi hutan di daerah
katulistiwa afrika yang sering hujan.
B.
Morfologi
1.
Cacing dewasa hidup dalam
jaringan sub kutan,
2.
betina berukuran 50-70 mm x 0,5
mm,
3.
jantan 30-34 mm x 0,35-0,43 mm,
4.
cacing betina mengeluarkan
mikrofilaria yang beredar dalam darah pada siang hari (diurna),
5.
pada malam hari mikrofilaria
berada dalam pembuluh darah paru-paru.
C.
Siklus Hidup Loa loa
Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilaria yang
beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam
badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan
kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu
1 sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan
mikrofilarianya.
D.
Patologis
Gejalanya khas dengan terbentuknya pembengkakan calabar
swelling di sekitar sendi, lengan atas yang dapat menjadi sebesar telur ayam.
Pembengkakan sering kali didahului oleh rasa gatal dan sakit yang
terlokalisasi. Gejala ini disebabkan reaksi alergi terhadap cacing dewasa yang
bermigrasi ke jaringan subkutan; timbul setelah tiga minggu. Pembengkakan akan
berakhir dalam beberapa hari atau seminggu dan berkurang secara perlahan-lahan
sebagai manifestasi supersensitif hospes terhadap parasit.
Migrasinya ke jaringan subkonjungtiva menyebabkan gejala
iritis, mata sembab, sakit, pelupuk mata menjadi bengkak hingga mengganggu
penglihatan, tetapi tidak sampai menimbulkan kebutaan. Aktifitas cacing
tampak/dapat dilihat di jaringan subkonjungtiva, sedangkan mikrofilarianya
tidak menimbulkan dampak yang serius, hanya ditakutkan timbulnya ensefalitis
bila cacing masuk ke otak. Ketika cacing dewasa berpindah melintasi jaringan
subkutan dan juga hidung, akan menyebabkan rasa sakit, serta mengalamai
Eosinofilia.
Eosinofilia adalah gejala lain yang merupakan karakteristik
dari Loa loa. Eosinofilia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan
respon terhadap suatu penyakit. Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah
biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap sel-sel abnormal, parasit, atau
bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen). Jika suatu bahan asing masuk ke
dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan melepaskan
bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini. Eosinofil kemudian melepaskan
bahan racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal.
50-70% eosinofilia sering kali ditemukan pada orang yang terinfeksi Loa loa,
terutama bila terjadi pembengkakan. Indikator lain adalah peningkatan jumlah
serum IgE, peningkatan antibodi antifilaria, tetapi orang yang terinfeksi
kadang-kadang asimtomatik. Mikrofilaremia tidak selalu muncul.
E.
Komplikasi
Cacing dewasa yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme
inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di
sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma
dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing
masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati
akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe.
Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe
bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi
malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
F.
Gejala klinis
1.
Menimbulkan gangguan di
konjungtiva mata dan pangkal hidung dengan menimbulkan:
a.
iritasi pada mata,
b.
mata sendat, sakit,
c.
pelupuk mata menjadi bengkak.
2.
Pembengkakan jaringan yang tidak sakit
3.
Ensefalitis
G.
Distribusi geografis
`Distribusi geografis loaiasis manusia terbatas pada hutan
hujan dan rawa kawasan hutan Afrika Barat, terutama di Kamerun dan di Sungai
Ogowe. Manusia adalah satu-satunya reservoir alami. Diperkirakan 12-13 juta
manusia terinfeksi larva Loa loa.
H.
Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah
yang diambil pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva
mata ataupun dalam jaringan subkutan.
I.
Pengobatan dan Pencegahan
- Penggunaan dietilkarbamasin (DEC) dosis 2 mg/kgBB/hari, 3 x
sehari selama 14 hari
2.
Pembedahan pada mata
3.
Menghindari gigitan Lalat
4.
Pemberian obt-obatan 2 bln
sekali
5.
Jangan sering-sering masuk
hutan.
BAB III
Penutup
A.
Simpulan
Ciri-ciri ascheminthes yaitu tubuh dilindungi lapisan
cuticula scleroprotein, pada beberapa hewan berupa cangkang, saluran pencernaan
lengkap, susunan pernapasan dan peredaran darah tidak ada karena merupakan
hewan air yang sangat kecil, protonefhridia kadang-kadang ada.
Ascelminthes dibagi
menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan Nemathelminthes, nemathelminthes
biasa disebut sebagai cacing
giling/ benang karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti
benang dan memiliki rongga pada tubuhnya, walaupun bukan rongga sejati. Nemathelminthes
dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.
Trochelminthes memiliki ukuran tubuh yang miksroskopis,
reproduksi secara partegonesis, dan habitatnya di air tawar, dan air laut.
Tubuh tidak beruas-ruas, triploblastis, bilateral simetris, tidak bersilia dan
dioceues. Subfilum ini dibagi menjadi 3 kelas, yaitu: Gastroticha, Kinorincha,
dan Rotifera.
Aschelminthes parasit
contonya Loa loa (Cacing mata), nama penyakit yang ditimbulkan Loa
loa filariasis.
B.
Saran
Kita harus
menjaga, memperhatikan kebersihan karena dapat berakibat fatal pada tubuh kita.
Beraktivitaslah dengan teratur dan pada tempat yang pas, hindari tempat-tempat yang
kurang bersih. Kurangi kegiatan yang bertempat di alam bebas atau di hutan,
apabila kita tidak mempunyai anti body yang kuat dan mempunyai persiapan yang
matang kita dengan sangat mudah kita terkena penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Jasin.
Maskori. 1989. Sistematik Hewan
Vertebrata dan Invertebrata. CV SINAR WIJAYA. Surabaya.
Soemadji. 2001.
ZOOLOGI. Universitas Terbuka. Jakarta
Rusyana. Adam.
2011. Zoologi Invertebrata. Alfabeta.
Bandung.